Kamis, 13 September 2012

ESSAY KIKI



Kajian Internasional : Solusi Penyelesaian Sengketa Laut Cina Selatan[1]
Oleh : Oktovia Rezki N.H [2]
A.     Pendahuluan
South China Sea is one source conflict in the world. Some state in around the sea try to claim the sea. Not only connected water area of states but also connected more of wide interest include economic interest. South China Sea is predicated has earth wealth especially as oil and earth gas sources. Some state which they claim existention of the sea are China, Taiwan, Vietnam, Philipina and other state especially states in ASEAN.[3]
Beberapa media akhir-akhir ini banyak yang memberitakan konflik di antara China dan beberapa negara di kawasan ASEAN. Hari demi hari konflik ini kian memanas, pasalnya negeri tirai bambu itu menjadi negara yang paling bernafsu memiliki kekuasaan atas wilayah Laut China Selatan. Kekayaan alam yang dikandung oleh Laut China Selatan, menjadi penyebab utama perebutan wilayah ini. Demikian diberitakan BBC, Selasa (21/8/2012).
Over the past few years we have observed that China’s activities in South China Sea region have increased, both in frequency and intansity. It is safe to assume that China is aware that incidents have garnered worldwide attention and are therefore reckless unless implemented in tandem with political manouvering.
Wilayah yang diperebutkan dalam konflik Laut China Selatan bukan hanya wilayah lautnya. Dua pulau, yakni Pulau Spratly dan Pulau Paracels menjadi inti dari konflik wilayah perairan ini. Kedua pulau tersebut diklaim oleh hampir seluru pengklaim dari Laut China Selatan. Beberapa negara yang berusaha untuk memperebutkan hak kepemilikan atas kedua pulau ini adalah China, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina.
Alasan logis kenapa negara-negara tersebut berlomba-lomba untuk mendapatkan kedaulatan di kawasan laut ini karena memang di kawasan ini tersimpan sejumlah alasan kuat untuk diperebutkan. Sebut saja kandungan gas alam dan minyak bumi yang demikian melimpah tentulah akan menjadi keuntungan besar bagi pemenang dari konflik berkepanjangan ini. Selain itu, lautan ini merupakan salah satu perairan yang paling sibuk di dunia. Hampir setengah kapal-kapal dunia melalui Laut Cina Selatan yang merupakan penghubung penting perdagangan Asia dan Eropa. Sebagian besar diantara kapal-kapal tersebut berlayar dari kawasan Timur Tengah membawa muatan minyak bumi.[4]
Klaim yang tumpang tindih semakin meningkat selama terjadi krisis minyak tahun 1973 dan berlakunya UNCLOS secara efektif menyebabkan munculnya konflik dan gesekan militer diantara mereka yang bersengketa. Oleh karena itu Laut China Selatan merupakan salah satu area panas di dunia saat ini.
Selama ASEAN belum mampu mengatur suatu rumusan mekanisme resolusi bagi penyelesaian sengketa di perairan Laut China Selatan,maka potensi konflik kelihatannya sulit dihindari. China bahkan mengklaim sebagian besar perairan tersebut ,yang menimbulkan bentrokan dengan beberapa negara lain di kawasan itu seperti Philipina,Vietnam,Brunai Darussalam dan lainnya. Sebenarnya apakah yang menjadi penyebab negara-negara tersebut begitu bersemangat dalam mendapatkan kepemilikan atas pulau-pulau ini? Apakah sebenarnya konflik yang terjadi hanyalah sebuah manuver politik China saja untuk mendapatkan pulau-pulau ini? Lalu apakah solusi terbaik yang bisa di ambil dalam menyelesaikan konflik ini?
B.  Isi
1. Sejarah Terjadinya Konflik Klaim Pulau Spratly dan Pulau Paracel
China mendeklarasikan memiliki bagian terbesar teritori Laut China Selatan, mencakup ratusan kilometer di selatan dan timur Hainan, provinsi paling selatan negara itu. China mengklaim berhak berdasarkan sejarah berusia dua ribu tahun yang menyatakan Paracel dan Spratly sebagai bagian integral bangsa China. Pada tahun 1947 China menerbitkan sebuah peta yang memerinci klaim wilayahnya, tentu saja menyertakan kedua kepulauan tersebut.
Taiwan, yang memiliki nama resmi Republik China, juga mengklaim Paracel dan Spratly sebagai bagian teritorinya dengan alasan historis yang sama. 
Vietnam jelas menentang klaim peta China tersebut. Vietnam berpendapat China tidak pernah menyatakan kedaulatannya di kedua kepulauan tersebut sebelum tahun 1940-an. Sama seperti China dan Taiwan, Vietnam bersikeras Paracel dan Spratly ada di teritorinya. Vietnam menyatakan memiliki dokumen-dokumen yang membuktikan telah berkuasa di Paracel dan Spratly sejak abad ke-17.
Sedangkan Filipina hanya menginginkan Spratly. Yang kerap menjadi sengketa adalah Beting Scarborough, berjarak 160 km dari pulau terluar Filipina dan sekitar 800 km dari daratan terdekat China.
Berdasarkan Konvemsi PBB tentang Hukum Laut yang menetapkan zona ekonomi eksklusif tidak boleh melebihi 200 mil laut (sekitar 321 km) dari garis pangkal pengukuran lebar laut teritorial , Malaysia dan Brunei Darussalam mengklaim memiliki beberapa pulau kecil di gugus Spratly. Militer Malaysia telah menduduki tiga pulau kecil di gugus kepulauan tersebut, sedangkan Brunei menyatakan memiliki bagian terselatan Spratly.
Alasan utama sengketa perebutan wilayah Laut China Selatan adalah kandungan gas alam dan minyak buminya. China menerbitkan estimasi tertinggi, menyatakan Paracel dan Spratly mungkin mengandung 213 miliar barel minyak bumi. Angka ini sekitar tujuh kali lipat perkiraan para peneliti Amerika Serikat. Gas alamnya pun melimpah. Menurut Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat, Laut China Selatan memiliki sekitar 25 triliun meter kubik gas alam, sama besar dengan cadangan gas alam Qatar. Belum lagi kekayaan ekosistem perairannya. Selain itu, lebih dari 50 persen perdagangan dunia melewati Laut China Selatan. Lokasinya pun strategis untuk pos pertahanan militer.
Urusan tuduh-menuduh bukan hal baru dalam sejarah sengketa Laut China Selatan. Tahun lalu Filipina menuduh China masuk tanpa izin ke wilayah perairannya dan mencoba mengganggu sebuah eksplorasi minyak bumi lepas pantai di dekat Pulau Palawan. Filipina juga menuduh China mencoba membangun pertahanan militer di Spratly.
Vietnam juga pernah menuduh China mencoba menyabotase dua operasi eksplorasi Vietnam. Tuduhan ini memicu protes anti-China di jalan-jalan di Hanoi dan Ho Chi Minh. Sebaliknya, China menuduh Vietnam memprovokasinya karena pernah melakukan latihan menembak di salah satu pesisirnya. Jadi tidak kita seharusnya tidak heran lagi jika konflik ini sekarang kian memanas karena sebenarnya konflik saling klaim wilayah ini sudah lama terjadi dan bukan merupakan sesuatu yang baru.
2. Penyebab Spratly dan Paracel Diperebutkan
Dari semua sengketa barangkali yang menarik ialah Kep Spratly. Kenapa demikian, betapa geografisnya memiliki leverage dibanding pulau-pulau lain. Artinya selain merupakan jalur perairan internasional, ia dianggap strategis dari aspek pertahanan karena geo-possition dan yang utama ialah kandungan sumber daya alam (SDA) berupa minyak dan gas alam. Lebih signifikan sebenarnya dari kajian geopolitik, artinya jika menguasai Spratly berarti akan mengontrol lintasan rute pelayaran antara Pasifik atau Asia Timur menuju Lautan Hindia.
Penemuan minyak dan gas bumi pertama di kepulauan ini tahun 1968. Perkiraan kandungan minyak di Kep Spartly ialah 10 milyar ton (International Herald Tribune, 3 Juni 1995), tetapi The Geology and Mineral Resources Ministry of the People's Republic of China memperkirakan kandungannya sekitar 17,7 miliar ton.
Lain Spratly lain pula leverage Kep Paracel. Meski daratannya berkarang lagi tandus, namun urgendi Cina atas kepulauan tersebut tak kalah penting dibanding Spratly. Oleh karena dari aspek keamanan bisa mengawasi gerak navigasi di bagian utara Laut Cina Selatan. Secara geostrategi, menguasai dua kepulauan tersebut bisa menjadi “batu loncatan” menyerang Daratan Asia.
Tatkala Cina menerbitkan kebijakan ”Empat Modernisasi” Era 1978-an bidang administrasi, politik, ekonomi, dan pasar keuangan. Sepertinya harus dibarengi hasrat menjadi kekuatan maritim yang dominan di Laut Cina Selatan. Maka semenjak itulah Laut Cina Selatan, di mata Negeri Tirai Bambu menjadi kawasan strategis bernilai politis dan ekonomis sebab 80% impor minyaknya melalui jalur ini. Disini tersirat makna bahwa selain terkandung potensi konflik tinggi terkait distribusi minyak, mengharuskan ia mutlak bekerjasama dengan negara-negara lain di sekitar kawasan. Singkat kata bahwa Kepulauan Spratly dan Paracel menjadi rebutan berbagai negara karena faktor geopolitik, baik berupa kandungan minyak dan gas bumi maupun geostrategy possition di jalur perairan internasional.
C.      Solusi Penyelesaian Konflik
Melihat begitu peliknya kasus laut china selatan ini, sebelum terjadinya masalah yang begitu besar dan bisa menelan korban jiwa maka perlu adanya suatu kebijakan untuk menjadikan wilayah Pulau Spartly dan Pulau Paracel sebagai wilayah buffer state atau wilayah penyanggah.
Dengan dijadikannya Pulau Spartly dan Pulau Paracel sebagai wilayah buffer state maka ini akan berfungsi untuk memisahkan negara-negara tersebut akan terjadinya perang. Konflik laut china selatan ini jika dibiarkan begitu saja dapat menyulut konflik yang lebih besar lagi, oleh karena itu penetapan buffer state bagi Pulau Spartly dan Pulau Paracel ini sangat tepat dilakukan apabila tetap ingin menjaga kestabilan dan kedamaian dunia ini. Tidak ada cara lain yang bisa dilakukan selain penetapan wilayah kedua pulau ini sebagai wilayah buffer state. Peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam hal ini sangat dibutuhkan, karena PBB memiliki andil besar untuk mengurusi masalah internasional ini. Dengan ditetapkannya Pulau Spartly dan Pulau Paracel sebagai wilayah buffer state maka tidak akan ada lagi konflik di antara negara-negara di kawasan ASEAN dan China.
Potensi sumber daya alam yang ada di kedua pulau ini nantinya akan ditangani oleh PBB , para generasi muda mengambil andil besar untuk mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Melalui UNESCO generasi muda mendirikan pusat penelitian dan pengembangan di kedua pulau ini. Mereka nantinya akan melakukan penelitian di kedua pulau ini untuk mengembangkan potensi alam yang ada. Dengan semangat dan pemikirannya yang cerdas generasi muda mampu mengolah potensi sumber daya alam di pulau ini. Hasil dari sumber daya alam yang dikelola oleh generasi muda ini akan dikelola oleh IBRD untuk pembangunan berkelanjutan di negara-negara dunia ketiga yang masih sangat membutuhkan bantuan untuk perbaikan perekonomian di negara mereka.
Adanya solusi ini tidak hanya menyelesaikan konflik di kawasan laut china selatan tetapi juga bisa membantu memperbaiki perekonomian di negara dunia ketiga.
           




[1] Judul essay yang diajukan untuk Olimpiade Ilmu Sosial 2012
[2] Siswa SMAN 2 SEKAYU, Kab.Musi Banyuasin, Sumatera Selatan
[3] Ign. Agung Satyawan, Komunikasi Negosiasi China terhadap Penyelesaian Sengketa Laut China Selatan, Surakarta.

[4] Anonim, Laut China Selatan, Potensi Konflik Dunia, http://adeltuslolok.com/2012/05/05/laut-china-selatan-potensi-konflik-dunia/ , diakses tanggal 29 Agustus 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar