Kamis, 13 Desember 2012

Sifat Koligatif Larutan :D

Gambaran umum sifat koligatif 
                              Gambaran umum sifat koligatif
Sifat  koligatif  larutan  adalah  sifat  larutan  yang  tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).
Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut (Gambar 6.2), maka akan didapat suatu larutan yang mengalami:
  1. Penurunan tekanan uap jenuh
  2. Kenaikan titik didih
  3. Penurunan titik beku
  4. Tekanan osmosis
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

Penurunan Tekanan Uap Jenuh

Pada  setiap  suhu,  zat  cair  selalu  mempunyai  tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapan berkurang.
Gambaran penurunan tekanan uap
Gambaran penurunan tekanan uap
Menurut Roult :
p = po . XB
keterangan:
p     : tekanan uap jenuh larutan
po  : tekanan uap jenuh pelarut murni
XB  : fraksi mol pelarut

Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi :
P = Po (1 – XA)
P = Po – Po . XA
Po – P = Po . XA

Sehingga :
ΔP = po . XA
keterangan:
ΔP   : penuruman tekanan uap jenuh pelarut
po    : tekanan uap pelarut murni
XA   : fraksi mol zat terlarut

Contoh :
Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan dalam 90 gram air ! Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20oC adalah 18 mmHg.
rm

Kenaikan Titik Didih

Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:
ΔTb = m . Kb
keterangan:
ΔTb = kenaikan titik didih (oC)
m      = molalitas larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didihmolal
rm19
(W menyatakan massa zat terlarut), maka kenaikan titik didih larutan dapat dinayatakan sebagai:
rm210
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai :
Tb = (100 + ΔTb) oC

Penurunan Titik Beku

Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai:
rm37

ΔTf = penurunan titik beku
m     = molalitas larutan
Kf     = tetapan penurunan titik beku molal
W     = massa zat terlarut
Mr   = massa molekul relatif zat terlarut
p      = massa pelarut

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai:
Tf = (O – ΔTf)oC

Tekanan Osmosis

Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis) seperti ditunjukkan pada.
Menurut Van’t hoff tekanan osmosis mengikuti hukum gas ideal:
PV = nRT
Karena tekanan osmosis = Π , maka :
rm48
π° = tekanan osmosis (atmosfir)
C   = konsentrasi larutan (M)
R   = tetapan gas universal.  = 0,082 L.atm/mol K
T   = suhu mutlak (K)
Tekanan osmosis
Tekanan osmosis
  • Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari yang lain disebut larutan Hipotonis.
  • Larutan yang mempunyai tekanan lebih tinggi dari yang lain disebut larutan Hipertonis.
  • Larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama disebut Isotonis.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit  di  dalam  pelarutnya  mempunyai  kemampuan  untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.
Contoh :
Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5 molal garam dapur.
  • Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal.
  • Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq) karena terurai menjadi 2 ion, maka konsentrasi partikelnya menjadi 2 kali semula = 1.0 molal.
Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat ionisasi. Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai :
α° = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula
Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < α < 1). Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat koligatifnya.
  • Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai :
rm54
n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya.
  • Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai :
rm64
  • Untuk Tekanan Osmosis dinyatakan sebagai :
π°  = C R T [1+ α(n-1)]
Contoh :
Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan5.85 gram garam dapur (Mr = 58.5) dalam 250 gram air ! (untuk air, Kb= 0.52 dan Kf= 1.86)
Jawab :
Larutan garam dapur,
rm73
Catatan:
Jika di dalam soal tidak diberi keterangan mengenai harga derajat ionisasi, tetapi kita mengetahui bahwa larutannya tergolong elektrolit kuat, maka harga derajat ionisasinya dianggap 1.
sumber : http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/sifat-koligatif-larutan/, diakses 13 Desember 2012.



Kamis, 13 September 2012

Kesenian Tradisional dari Sekayu (Tutur)



ASAL MULA TERBENTUKNYA DANAU ULAK LIA

Konon hiduplah seorang gadis bernama Malia, Malia terkenal sangat cantik jelita, kecantikannya tersebut menuntut pemuda di desa tersebut menaruh hati padanya. Lalu ada seorang pemuda yang sangat ingin mempersunting Malia, pemuda itu bernama Mat Jitu. Namun Malia tidak ingin menikah dengan Mat Jitu karena ia sudah punya pacar bernama Manap. Merasa tidak terima karena Lia menolak cintanya, akhirnya Mat Jitu pergi menemui dukun sakti dengan niat untuk mencelakai Malia. Dukun itu lalu memberikan jampi-jampi untuk Malia sehingga hasilnya Malia terkena penyakit kulit di sekujur tubuhnya dan di tambah juga bau badan nya yang sangat busuk. Bau busuk itu  sangat menyengat. Warga di desa Soak Baru merasa resah terhadap merasa resah dengan bau busuk yang sangat menyengat dari Malia  dan penduduk takut penyakit tersebut dapat menular ke warga lain nya.

Akhirnya warga memutuskan untuk mengusir Malia dari kampung mereka, jika Malia tidak pergi dari kampung itu maka keluarga Malia akan celaka. Dengan berta hati akhirnya Ayah dan Ibu Malia mengantarkan malia ke tengah hutan di dekat danau. Malia hanya pasrah menerima keputusan tersebut karena ia takut keluarganya akan celaka. Malia sangat sabar dengan keadaan nya hidup di tengah hutan. Namun lama kelamaan ia mulai jenuh dan mengeluh. Suatu hari ia berteriak di tepi danau. Ia meminta kematian kepada danau tersebut karena tidak tahan lagi dengan keadaanya. Akhirnya dari danau tersebut keluarlah  buaya yang sangat besar berwarna keemasan dari dalam danau. Buaya tersebut merupakan jelmaan penunggu danau itu. Ia langsung memakan Malia dan membawanya ke dasar danau. Kejadian tersebut disaksikan oleh seorang warga dan ia pun langsung melaporkan kejadian tersebut kepada keluarga Malia. Ibu Malia sangat sedih mendengar kejadian tersebut, begitu juga dengan warga setempat sangat menyesal dengan keputusan mengusir Malia dari Kampung Soak Baru. Ayah Malia akhirnya menamai tempat tersebut dengan nama Danau Ulak Lia karena jasad Malia ditemukan di dekat Danau tersebut. 

ESSAY KIKI



Kajian Internasional : Solusi Penyelesaian Sengketa Laut Cina Selatan[1]
Oleh : Oktovia Rezki N.H [2]
A.     Pendahuluan
South China Sea is one source conflict in the world. Some state in around the sea try to claim the sea. Not only connected water area of states but also connected more of wide interest include economic interest. South China Sea is predicated has earth wealth especially as oil and earth gas sources. Some state which they claim existention of the sea are China, Taiwan, Vietnam, Philipina and other state especially states in ASEAN.[3]
Beberapa media akhir-akhir ini banyak yang memberitakan konflik di antara China dan beberapa negara di kawasan ASEAN. Hari demi hari konflik ini kian memanas, pasalnya negeri tirai bambu itu menjadi negara yang paling bernafsu memiliki kekuasaan atas wilayah Laut China Selatan. Kekayaan alam yang dikandung oleh Laut China Selatan, menjadi penyebab utama perebutan wilayah ini. Demikian diberitakan BBC, Selasa (21/8/2012).
Over the past few years we have observed that China’s activities in South China Sea region have increased, both in frequency and intansity. It is safe to assume that China is aware that incidents have garnered worldwide attention and are therefore reckless unless implemented in tandem with political manouvering.
Wilayah yang diperebutkan dalam konflik Laut China Selatan bukan hanya wilayah lautnya. Dua pulau, yakni Pulau Spratly dan Pulau Paracels menjadi inti dari konflik wilayah perairan ini. Kedua pulau tersebut diklaim oleh hampir seluru pengklaim dari Laut China Selatan. Beberapa negara yang berusaha untuk memperebutkan hak kepemilikan atas kedua pulau ini adalah China, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina.
Alasan logis kenapa negara-negara tersebut berlomba-lomba untuk mendapatkan kedaulatan di kawasan laut ini karena memang di kawasan ini tersimpan sejumlah alasan kuat untuk diperebutkan. Sebut saja kandungan gas alam dan minyak bumi yang demikian melimpah tentulah akan menjadi keuntungan besar bagi pemenang dari konflik berkepanjangan ini. Selain itu, lautan ini merupakan salah satu perairan yang paling sibuk di dunia. Hampir setengah kapal-kapal dunia melalui Laut Cina Selatan yang merupakan penghubung penting perdagangan Asia dan Eropa. Sebagian besar diantara kapal-kapal tersebut berlayar dari kawasan Timur Tengah membawa muatan minyak bumi.[4]
Klaim yang tumpang tindih semakin meningkat selama terjadi krisis minyak tahun 1973 dan berlakunya UNCLOS secara efektif menyebabkan munculnya konflik dan gesekan militer diantara mereka yang bersengketa. Oleh karena itu Laut China Selatan merupakan salah satu area panas di dunia saat ini.
Selama ASEAN belum mampu mengatur suatu rumusan mekanisme resolusi bagi penyelesaian sengketa di perairan Laut China Selatan,maka potensi konflik kelihatannya sulit dihindari. China bahkan mengklaim sebagian besar perairan tersebut ,yang menimbulkan bentrokan dengan beberapa negara lain di kawasan itu seperti Philipina,Vietnam,Brunai Darussalam dan lainnya. Sebenarnya apakah yang menjadi penyebab negara-negara tersebut begitu bersemangat dalam mendapatkan kepemilikan atas pulau-pulau ini? Apakah sebenarnya konflik yang terjadi hanyalah sebuah manuver politik China saja untuk mendapatkan pulau-pulau ini? Lalu apakah solusi terbaik yang bisa di ambil dalam menyelesaikan konflik ini?
B.  Isi
1. Sejarah Terjadinya Konflik Klaim Pulau Spratly dan Pulau Paracel
China mendeklarasikan memiliki bagian terbesar teritori Laut China Selatan, mencakup ratusan kilometer di selatan dan timur Hainan, provinsi paling selatan negara itu. China mengklaim berhak berdasarkan sejarah berusia dua ribu tahun yang menyatakan Paracel dan Spratly sebagai bagian integral bangsa China. Pada tahun 1947 China menerbitkan sebuah peta yang memerinci klaim wilayahnya, tentu saja menyertakan kedua kepulauan tersebut.
Taiwan, yang memiliki nama resmi Republik China, juga mengklaim Paracel dan Spratly sebagai bagian teritorinya dengan alasan historis yang sama. 
Vietnam jelas menentang klaim peta China tersebut. Vietnam berpendapat China tidak pernah menyatakan kedaulatannya di kedua kepulauan tersebut sebelum tahun 1940-an. Sama seperti China dan Taiwan, Vietnam bersikeras Paracel dan Spratly ada di teritorinya. Vietnam menyatakan memiliki dokumen-dokumen yang membuktikan telah berkuasa di Paracel dan Spratly sejak abad ke-17.
Sedangkan Filipina hanya menginginkan Spratly. Yang kerap menjadi sengketa adalah Beting Scarborough, berjarak 160 km dari pulau terluar Filipina dan sekitar 800 km dari daratan terdekat China.
Berdasarkan Konvemsi PBB tentang Hukum Laut yang menetapkan zona ekonomi eksklusif tidak boleh melebihi 200 mil laut (sekitar 321 km) dari garis pangkal pengukuran lebar laut teritorial , Malaysia dan Brunei Darussalam mengklaim memiliki beberapa pulau kecil di gugus Spratly. Militer Malaysia telah menduduki tiga pulau kecil di gugus kepulauan tersebut, sedangkan Brunei menyatakan memiliki bagian terselatan Spratly.
Alasan utama sengketa perebutan wilayah Laut China Selatan adalah kandungan gas alam dan minyak buminya. China menerbitkan estimasi tertinggi, menyatakan Paracel dan Spratly mungkin mengandung 213 miliar barel minyak bumi. Angka ini sekitar tujuh kali lipat perkiraan para peneliti Amerika Serikat. Gas alamnya pun melimpah. Menurut Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat, Laut China Selatan memiliki sekitar 25 triliun meter kubik gas alam, sama besar dengan cadangan gas alam Qatar. Belum lagi kekayaan ekosistem perairannya. Selain itu, lebih dari 50 persen perdagangan dunia melewati Laut China Selatan. Lokasinya pun strategis untuk pos pertahanan militer.
Urusan tuduh-menuduh bukan hal baru dalam sejarah sengketa Laut China Selatan. Tahun lalu Filipina menuduh China masuk tanpa izin ke wilayah perairannya dan mencoba mengganggu sebuah eksplorasi minyak bumi lepas pantai di dekat Pulau Palawan. Filipina juga menuduh China mencoba membangun pertahanan militer di Spratly.
Vietnam juga pernah menuduh China mencoba menyabotase dua operasi eksplorasi Vietnam. Tuduhan ini memicu protes anti-China di jalan-jalan di Hanoi dan Ho Chi Minh. Sebaliknya, China menuduh Vietnam memprovokasinya karena pernah melakukan latihan menembak di salah satu pesisirnya. Jadi tidak kita seharusnya tidak heran lagi jika konflik ini sekarang kian memanas karena sebenarnya konflik saling klaim wilayah ini sudah lama terjadi dan bukan merupakan sesuatu yang baru.
2. Penyebab Spratly dan Paracel Diperebutkan
Dari semua sengketa barangkali yang menarik ialah Kep Spratly. Kenapa demikian, betapa geografisnya memiliki leverage dibanding pulau-pulau lain. Artinya selain merupakan jalur perairan internasional, ia dianggap strategis dari aspek pertahanan karena geo-possition dan yang utama ialah kandungan sumber daya alam (SDA) berupa minyak dan gas alam. Lebih signifikan sebenarnya dari kajian geopolitik, artinya jika menguasai Spratly berarti akan mengontrol lintasan rute pelayaran antara Pasifik atau Asia Timur menuju Lautan Hindia.
Penemuan minyak dan gas bumi pertama di kepulauan ini tahun 1968. Perkiraan kandungan minyak di Kep Spartly ialah 10 milyar ton (International Herald Tribune, 3 Juni 1995), tetapi The Geology and Mineral Resources Ministry of the People's Republic of China memperkirakan kandungannya sekitar 17,7 miliar ton.
Lain Spratly lain pula leverage Kep Paracel. Meski daratannya berkarang lagi tandus, namun urgendi Cina atas kepulauan tersebut tak kalah penting dibanding Spratly. Oleh karena dari aspek keamanan bisa mengawasi gerak navigasi di bagian utara Laut Cina Selatan. Secara geostrategi, menguasai dua kepulauan tersebut bisa menjadi “batu loncatan” menyerang Daratan Asia.
Tatkala Cina menerbitkan kebijakan ”Empat Modernisasi” Era 1978-an bidang administrasi, politik, ekonomi, dan pasar keuangan. Sepertinya harus dibarengi hasrat menjadi kekuatan maritim yang dominan di Laut Cina Selatan. Maka semenjak itulah Laut Cina Selatan, di mata Negeri Tirai Bambu menjadi kawasan strategis bernilai politis dan ekonomis sebab 80% impor minyaknya melalui jalur ini. Disini tersirat makna bahwa selain terkandung potensi konflik tinggi terkait distribusi minyak, mengharuskan ia mutlak bekerjasama dengan negara-negara lain di sekitar kawasan. Singkat kata bahwa Kepulauan Spratly dan Paracel menjadi rebutan berbagai negara karena faktor geopolitik, baik berupa kandungan minyak dan gas bumi maupun geostrategy possition di jalur perairan internasional.
C.      Solusi Penyelesaian Konflik
Melihat begitu peliknya kasus laut china selatan ini, sebelum terjadinya masalah yang begitu besar dan bisa menelan korban jiwa maka perlu adanya suatu kebijakan untuk menjadikan wilayah Pulau Spartly dan Pulau Paracel sebagai wilayah buffer state atau wilayah penyanggah.
Dengan dijadikannya Pulau Spartly dan Pulau Paracel sebagai wilayah buffer state maka ini akan berfungsi untuk memisahkan negara-negara tersebut akan terjadinya perang. Konflik laut china selatan ini jika dibiarkan begitu saja dapat menyulut konflik yang lebih besar lagi, oleh karena itu penetapan buffer state bagi Pulau Spartly dan Pulau Paracel ini sangat tepat dilakukan apabila tetap ingin menjaga kestabilan dan kedamaian dunia ini. Tidak ada cara lain yang bisa dilakukan selain penetapan wilayah kedua pulau ini sebagai wilayah buffer state. Peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam hal ini sangat dibutuhkan, karena PBB memiliki andil besar untuk mengurusi masalah internasional ini. Dengan ditetapkannya Pulau Spartly dan Pulau Paracel sebagai wilayah buffer state maka tidak akan ada lagi konflik di antara negara-negara di kawasan ASEAN dan China.
Potensi sumber daya alam yang ada di kedua pulau ini nantinya akan ditangani oleh PBB , para generasi muda mengambil andil besar untuk mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Melalui UNESCO generasi muda mendirikan pusat penelitian dan pengembangan di kedua pulau ini. Mereka nantinya akan melakukan penelitian di kedua pulau ini untuk mengembangkan potensi alam yang ada. Dengan semangat dan pemikirannya yang cerdas generasi muda mampu mengolah potensi sumber daya alam di pulau ini. Hasil dari sumber daya alam yang dikelola oleh generasi muda ini akan dikelola oleh IBRD untuk pembangunan berkelanjutan di negara-negara dunia ketiga yang masih sangat membutuhkan bantuan untuk perbaikan perekonomian di negara mereka.
Adanya solusi ini tidak hanya menyelesaikan konflik di kawasan laut china selatan tetapi juga bisa membantu memperbaiki perekonomian di negara dunia ketiga.
           




[1] Judul essay yang diajukan untuk Olimpiade Ilmu Sosial 2012
[2] Siswa SMAN 2 SEKAYU, Kab.Musi Banyuasin, Sumatera Selatan
[3] Ign. Agung Satyawan, Komunikasi Negosiasi China terhadap Penyelesaian Sengketa Laut China Selatan, Surakarta.

[4] Anonim, Laut China Selatan, Potensi Konflik Dunia, http://adeltuslolok.com/2012/05/05/laut-china-selatan-potensi-konflik-dunia/ , diakses tanggal 29 Agustus 2012.

Selasa, 14 Agustus 2012

Encounter at Twilight :)

Twilight :)



The settings sun gave a pink tinge, like watery blood, to the dark strom clous that sat a long the distant, shadowy mountains, creating  an ominous volcanic effect. At the gate a grimy urchin looked up and waited. Her thin yellow dress with its uneven hemline gave no protection from the invading twilight chill.

The square jawed guard turned. There she was, patiently waiting, as if she had been there forever. She looked up at him with timid eyes, her bare feet shuffling on the sharp asphalt still warm from the intense sun. His first thought was that she had come to  beg for food or warm clothing, but where had she come from? As far as he could see to the east was the low woody  blue grey saltbush and dry spinifex, barely covering the red drifting sands.

"Please sir, is this the Holt Tracking and Surveillance Station?" she asked tentatively, "Please?"

The guard's brow wrinkled. His mind raced. There was no sign at the gate.
"I have to see Dr. Grant Foster", the girl continued. "It's important sir, Sir?"

The guard grudgingly gave her his attention, still baffled at how she had materialised at his guard post. He looked towards the darkening ranges  while he briefly contemplated contacting his superiors but speculated  he could become the subject of silent ridicule if the reported one unidentified child as a potential threat.

"Whatch a man"
She repeated her request. It didn't make sense. A girl about ten, suddenly turning up in the desert requesting to see one of the country's top anti-terrorism experts. He shook his head, not sure of how to discourage the girl and feeling a little uncomfortable about sending her back into the desolate land without food or water and, apparently with no one to protect her. The steel mesh fence with its colar of razor wire cast a tessellation of light and shade on the barren, stripped  . The fence  disappeared into the silent distance in a straight line in either direction.

The guard shook his head again, vaguely hoping to make her go away. Disappear the way she had suddenly appread. He felt a dull inadequacy and suddenly, a lack of compassion. He wasn't trained for such bizarre situations as stray kids!

"Please sir can i see Dr.Foster? It's important" she implored
"Don't know any Dr.Foster. No admittance anyway without an official letter of authorisatio" he advised

She looked at him quizzically, trembling at his harshness  or was it she impending chill in the night air?

"A pass!" he tried to explain. "No one enters without a pass. This is a military tracking station. You need a pass to see Dr.Foster." 

He realised his mistake immediately

Jumat, 20 Juli 2012

Hilangnya Titian Muhibah Itu

Hilangnya Titian Muhibah Itu

PADA masa pemerintahan Soeharto, pemirsa televisi Indonesia secara rutin disuguhi Titian Muhibah, suatu acara hiburan yang menampilkan penyanyi Indonesia dan Malaysia. Pada acara itu, penyiar televisi dari dua negara bisa saling berkomunikasi secara langsung. Indonesia menampilkan para penyanyi yang terkenal tidak saja di Tanah Air, tetapi juga di Malaysia. Malaysia juga menghadirkan penyanyinya yang dikenal luas di Indonesia. Benar-benar suatu titian muhibah. Bangsa serumpun bisa tampil menghibur bersama-sama.

Ruth Sahanaya dan Band Karimata tampil dalam acara "Titian Muhibah" di TVRI, tahun 1990. (Dok SP/HY)

Acara Titian Muhibah itu sudah lama menghilang bersama tumbangnya rezim Soeharto. Hubungan kultural yang manis itu bagai tak berbekas lagi. Yang muncul belakangan justru ketegangan-ketegangan budaya. Ketegangan itu dimulai ketika Malaysia mengklaim batik, Reog Ponorogo, Tari Indang Bariang, dan lagu Rasa Sayange sebagai miliknya dalam dua tahun terakhir.

Masalah-masalah tersebut belum tuntas diselesaikan, kini datang masalah baru, yakni pengakuannya Tari Pendet sebagai miliknya. Tarian Pendet muncul dalam iklan promosi program (teaser) Discovery Channel berjudul Enigmatic Malaysia. Enigmatic Malaysia adalah judul dari enam film dokumenter yang diproduksi oleh sebuah rumah produksi Malaysia bernama KRU Studios Production untuk memperingati kemerdekaan Malaysia. Rumah produksi Malaysia itu memiliki cabang di Indonesia, Singapura, dan beberapa negara Eropa.

Enam film dokumenter itu adalah The Malaccan Portuguese-Preserving Their Heritage, Bajau Laut-Nomads of the Sea, Keris-the Myth and the Magic, Kellie's Castle-Myth and Mystery, Batik, dan Wau. Pihak KBRI di Malaysia telah mengadakan klarifikasi dengan pihak KRU Studios Production yang mengakui memang Tari Pendet ditampilkan dalam salah satu film yang akan ditayangkan oleh Discovery Channel.

Nota Protes

Rakyat Indonesia terkejut dengan klaim tari itu seakan milik Malaysia. Menariknya, Pemerintah Malaysia juga justru terkejut. Pengklaiman tersebut telah membangkitkan reaksi keras dari berbagai kalangan di Indonesia. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik melayangkan nota protes kepada Pemerintah Malaysia, terkait klaim Malaysia atas Tari Pendet sebagai kekayaan budayanya dalam iklan yang ditayangkan Discovery Channel. Menbudpar meminta penayangan iklan itu dihentikan. Dalam konferensi pers di kantornya, Menbudpar mengemukakan telah memanggil Duta Besar Malaysia, namun yang hadir adalah Wakil Duta Besar Malaysia Amran Mohammad Zein menggantikan duta besar yang sedang pada proses penggantian dari pejabat lama ke pejabat baru.

Tidak hanya seniman Bali yang protes keras. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun angkat bicara. Presiden berharap Pemerintah Malaysia menjaga sensitivitas rakyat Indonesia, sebab tarian itu sungguh-sungguh berasal dari Bali-Indonesia. Karena itu, dia menganggap protes Pemerintah Indonesia terhadap klaim Pemerintah Malaysia tidak berlebihan.

Menurut Presiden, beberapa tahun lalu, atas inisiatifnya Indonesia dan Malaysia membentuk eminent person group (EPG) yang khusus mengelola permasalahan, persengketaan antarkedua bangsa, termasuk isu-isu tentang hak cipta dan karya budaya, serta karya peradaban di antara kedua bangsa. "Dengan semangat itu, kita ingin menjaga hubungan baik antara Indonesia dan Malaysia. Berkaitan dengan isu Tari Pendet yang menjadi bagian dari iklan di Malaysia itu, ke depan, pemerintah Malaysia sungguh memberikan atensi, menjaga perasaan masyarakat Indonesia, memelihara hubungan baik dan eminent person group bisa difungsikan untuk mencegah hal-hal seperti sekarang. Ini harapan saya dengan semangat, sekali lagi untuk menjaga dan memelihara hubungan baik," jelas Presiden.

Protes terhadap Malaysia, menurut Presiden, juga bertujuan untuk kebaikan hubungan masa depan ke dua negara. Indonesia dan Malaysia, misalnya, telah melakukan kerja sama di bidang ketenagakerjaan. Warga negara Indonesia yang bekerja di sana berjumlah sekitar 1,8 juta orang. Masalah tenaga kerja ini juga sensitif dan banyak muncul. Namun, ada kemajuan kerja sama antarkedua pemerintah.

Kalau masyarakat Indonesia geram dengan klaim Malaysia terhadap Tari Pendet, bisa dipahami. Entah apa lagi milik Indonesia yang akan diklaim sebagai milik mereka. "Bisa jadi Candi Borobudur adalah berikutnya," kata sastrawan Remy Silado. Remy menengok ke masa lalu. Pada tahun 1957, Malaysia mencomot lagu asli Indonesia yang berjudul Terang Bulan. Pada saat itu, Malaysia sedang mempersiapkan diri untuk menyambut kemerdekaannya, yang jatuh pada tahun 1958. Lagu Terang Bulan, yang muncul di Indonesia pada masa Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL), diminta oleh Malaysia untuk dijadikan lagu kebangsaan mereka.

Tersadar

Klaim yang dilakukan Malaysia membuat kita bangun dari tidur dan kemudian menyadari betapa kaya bangsa kita dalam memiliki keanekaragaman budaya. Kita geram pada Malaysia atas ulahnya yang mengambil kebudayaan kita. Kita baru memberi perhatian setelah ada harta budaya kita diambil orang.

Kecolongan budaya yang kita alami seharusnya bisa menjadi bahan refleksi. Apakah kita sudah cukup memperhatikan kebudayaan kita? Bukankah selama ini kebudayaan masih terpinggirkan? Pemerintah dan masyarakat tak lagi peduli. Padahal, kebudayaan itu menjadi identitas suatu bangsa yang memiliki manfaat bagi suatu bangsa. Indonesia begitu diberkati karena memiliki beragam budaya yang tidak ada duanya di dunia.

Kita tidak boleh berpangku tangan lagi untuk mempercepat inventarisasi semua kekayaan anak bangsa dan dipatenkan, baik untuk tingkat nasional maupun dunia sebagai bagian dari world heritage. Kita harus peduli dan rajin mencantumkan semuanya itu menjadi karya kita. Jadi, kita sendiri sudah harus semakin peduli, tatanan dunia sekarang ini

Sejauh ini, sejumlah kekayaan budaya Indonesia sudah diakui oleh lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa UNESCO. Lembaga itu sudah mengakui dan menerima wayang dan keris sebagai global heritage. Saat ini yang masih ditunggu pengakuan oleh lembaga yang sama adalah batik dan angklung. Diharapkan, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi kedua hal itu juga diterima oleh UNESCO sebagai karya Indonesia.

Kita perlu belajar banyak dari sejumlah kasus pengklaiman budaya kita oleh Malaysia. Sebagai bangsa serumpun seharusnya kita menjalin titian muhibah. Namun, beberapa kasus pengklaiman telah membuat titian muhibah itu putus. Kita berharap titian muhibah yang sudah ada sebelumnya janganlah menjadi titian musibah. Dua penari Pendet dalam iklan yang ditayangkan Malaysia tersebut merupakan alumnus ISI Denpasar. Bukankah itu menjadi bukti hubungan yang bagus selama ini?

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura-pura di Bali. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi tari "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius.

Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukan yang memerlukan pelatihan intensif, Tari Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pria dan wanita. [W-9]

Sumber: Suara Pembaruan, Minggu, 30 Agustus 2009

Kamis, 19 Juli 2012

Klaim Budaya Indonesia oleh Malaysia (Kajian Kritis Klaim Tari Tor-Tor)


Klaim Budaya Indonesia oleh Malaysia (Kajian Kritis Klaim Tari Tor-Tor)[1]
(Oleh Danu Wijaya, Oktovia Rezki N.H, dan Wahyu Andika Romadhoni)[2]

A.     Pendahuluan
Masyarakat di tanah air kembali heboh dengan perselisihan budaya antara Malaysia dan Indonesia. Kali ini giliran Tari Tor-Tor dan Gordang Sambilan. Dua budaya Mandailing ini mendapat rencana  akan diregistrasikan ke dalam warisan budaya Malaysia agar dapat dilestarikan”[3].
Fenomena di atas tidak lazim lagi kita temukan sekarang, polemik Indonesia Malaysia masih terus mencuat akhir-akhir ini. Berbagai media banyak memberitakan perihal masalah Indonesia Malaysia. Pasalnya Negeri Jiran tersebut telah melakukan sejumlah pengklaiman budaya Indonesia. Masyarakat di tanah air kembali dibuat gerah dengan perselisihan budaya antara Malaysia dan Indonesia. Kali ini Negeri Jiran itu akan mendaftarkan Tari Tor-Tor dan Gordang Sambilan, dua budaya Mandailing, dalam warisan budaya mereka[4].
 Indonesia mempunyai kekayaan budaya yang berlimpah dari Sabang sampai Merauke. Sedangkan Malaysia dalam hal budaya tidak seberapa besar kekayaannya, apabila di banding dengan bangsa sebesar Indonesia[5]. Melihat kekayaan budaya Indonesia yang begitu besar itulah yang membuat Malaysia mulai membangun jati dirinya dengan mengambil kebudayaan Indonesia. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir Malaysia sudah 7 kali mengklaim budaya Indonesia sebagai warisan budaya mereka. Klaim Malaysia dimulai pada November 2007 terhadap kesenian Reog Ponorogo. Selanjutnya pada Desember 2008, saat itu Malaysia mengklaim lagu "Rasa Sayange", disusul dengan batik yang diklaim Malaysia pada Januari 2009. Selanjutnya ada Tari pendet dari Bali dan alat musik angklung yang juga diklaim oleh mereka[6].
 Sebagai masyarakat Indonesia, kita tidak bisa menutup mata jika  Indonesia memiliki budaya yang sangat banyak. Sedikit mengutip dari Kompasiana, Buku Ilmu Budaya Dasar Universitas Gunadarma bahwa budaya yang seharusnya jadi kebanggaan bangsa Indonesia itu terkadang sering dilupakan dengan masuknya budaya modern.
Kebudayaan yang dilupakan oleh bangsa inilah yang membuat momok  besar bagi Malaysia untuk melakukan sejumlah klaim budaya. Termasuk salah satu kesempatan besar yang diambil oleh Malaysia adalah Tari Tor-Tor. Berangkat dari hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengungkapkan misteri dibalik pengklaiman Tari Tor-Tor ini, sebenarnya apa tujuan Malaysia dibalik pengkaliman  tari Tor-Tor ini? Lantas apa yang menyebabkan Negeri Jiran tersebut begitu tertarik mengklaim budaya Indonesia? Lalu bagaimanakah solusi terbaik yang bisa ditawarkan untuk menghadapi polemik Indonesia-Malaysia ini?
B.      Isi
1.      Sejarah Klaim Budaya Indonesia oleh Malaysia
Issue klaim budaya ini sudah dimulai sejak zaman dahulu kala daerah (kawasan Asia Tenggara terutama termasuk tanah melayu) ini berubah-ubah kekuasaan serta rajanya. Dahulu ada kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang. Sriwijaya kekuasaannya meliputi Sumatera Bagian Timur termasuk semenanjung malaka (Malesa Barat saat ini). Kemudian daerah ini diserang oleh Majapahit. Dan akhirnya daerah kekuasaan Sriwijaya ini dikuasai Majapahit.
Majapahit inilah yang sering menjadi lagu dan dongengan serta lamunan indah yang dibanggakan sebagian rakyat Indonesia bahwa “dahulu” pernah ada kekuasaan yang pernah besar menguasai Asia tenggara hingga Filipina dan berpusat di Jawa. Sementara di sisi lain di Sriwijaya sendiri Pangeran Sriwijaya Parameswara dengan para pengikutnya juga mendirikan kerajaan Melaka membentuk kesultanan Melaka. Ketika Kasultanan itu berkembang, Majapahit sudah mulai memudar sekitar 1400-an. Pusat Melaka ini ada di Negeri Melaka saat ini. Kesultanan Melaka inilah yang selalu menjadi dongengan indah dan manis bagi Rakyat Malesa saat ini[7].
Saling klaim daerah ini sudah ada sejak zaman raja-raja dahulu. Sangat wajar kalau ada sedikit kekesalan Sultan Melaka yang terusir dari Sriwijaya yang berpusat di Palembang ini. Jadi, sewajarnya kita sebagai bangsa Indonesia tidak perlu heran lagi jika sekarang sedang maraknya pengklaiman budaya yang dilakukan oleh Negeri Jiran tersebut. Karena pengklaiman tersebut sudah terjadi sejak zaman nenek moyang kita hidup dan sebenarnya Malesa sedang melakukan proyek utama untuk mencari jati diri mereka apakah akan menjadi bangsa Melayu, Bangsa India atau Bangsa China. Hanya waktulah yang akan menjawab semua itu.
2.      Penyebab Terjadinya Klaim Tari Tor-Tor
Dibalik pengklaiman tari Tor-Tor yang dilakukan oleh Malaysia itu sendiri, ternyata hanya ada empat akar permasalahan yang memicu terjadinya klaim budaya tersebut. Pertama Malaysia merupakan negeri yang  sedang mencari jati diri budayanya. Dalam kurun sepuluh tahun terakhir ini Malesa memang sedang “moncer” kata orang jawa, bahasa gaulnya sedang jadi “belalang” alias “naik daun“. Namun karena memang secara sejarah Malesa tidak memiliki hal yang khusus maka Malesa pun harus memulai dengan mencari jati dirinya dengan mencoba mengklaim sana-sini.
Kedua Malesa masih menggunakan cara lama untuk “mendekatkan diri” dengan Indonesia, mereka menarik minat dengan merayu menggunakan issue serumpun (melayu) dan seiman (muslim). Malaysia telah mengetahui kelemahan Indonesia yakni tidak kuat menjaga identitas Melayu. Karena itu, Malaysia dengan mudah mengakui budaya Indonesia sebagai bagian budaya negaranya.
Ketiga pemerintah indonesia baru bertindak setelah kebudayaannya diklaim oleh negara lain dan keempat  sebagian besar masyarakat Indonesia belum menjadikan usaha menjaga dan melestarikan sebagai sebuah kebutuhan. Misalnya, saat kita berusaha untuk melestarikan tari Tor-Tor di masyarakat, kita juga harus mengetahui asal-usul sejarah tari Tor-Tor tersebut dan mengetahui makna yang terkandung di dalam tarian tersebut. Dengan demikian, masyarakat akan teredukasi dengan baik soal kekayaan budaya yang dimiliki.
            Dari keempat akar permasalahan pengklaiman tersebut, Malaysia sebenarnya memiliki tujuan lain dibalik semua itu. Jika kita melakukan analisa, Malaysia melakukan klaim tari Tor-Tor ini, sepertinya sangat hati-hati sekali. Hal itu terlihat dari prosedur yang diterapkan sebelum mengklaim. Malaysia membuat sejumlah jadwal yang rutin, konsisten, dan terjadwal dengan baik. Sehingga, targetnya Malaysia bisa mempromosikan kegiatan seni dan budaya tersebut untuk menggaet turis asing ke negaranya. Karena logikanya begini, ketika turis dari berbagai penjuru dunia ingin menyaksikan pertunjukan budaya dari berbagai suku bangsa, terutama di wilayah Asia atau Asia Tenggara, maka belum tentu turis itu bisa menemukan pertunjukan yang ingin ditonton itu di negara asal pemilik budaya itu, misalnya Indonesia. Bisa saja di negara asalnya, pertunjukan budaya itu tidak dilakukan dengan rutin, tidak ada jadwal pertunjukan yang pasti, dan tidak ada informasi dan promosi yang memadai.

   Solusi untuk Mengatasi Pengklaiman Tari Tor-Tor
    Terkait dengan klaim tari Tor-Tor oleh Malaysia, tidak ada cara lain yang bisa kita tempuh untuk menyelamatkan kesenian asal Mandailing tersebut. Peran generasi muda sebagai penyelamat budaya dalam hal ini sangat dibutuhkan, karena dengan ide-ide yang kreatif dan cemerlang tersebut para generasi muda mampu membantu pemerintah dalam menyelesaikan kasus klaim tari Tor-Tor ini. Tapi anehnya, sebagai anak bangsa kadang kita tidak mengetahui dan kadang melupakan kebudayaan sendiri, sementara orang luar negeri malah tertarik dengan kebudayaan Indonesia yang unik, menarik dan khas. Hal inilah yang terkadang membuat rasa solidaritas diantara generasi muda kian menurun. Pudarnya nilai solidaritas inilah yang sering membuat kebudayaan kita sering diklaim oleh bangsa lain. Sebenarnya jika kita lebih bisa mencintai dan mengenal Indonesia lebih dekat lagi maka tidak akan terjadi hal seperti ini dan Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan keanekaragaman flora dan fauna serta hasil tambang dan hasil alam yang berlimpah dan ada yang menyebut negara Indonesia sebagai pulau Atlantis. Untuk itulah sudah seharusnya generasi muda yang meneruskan budaya yang sudah mulai terlupakan tersebut, dalam hal ini adalah tari Tor-Tor. 
     Dalam menanggapi kasus klaim tari Tor-Tor ini, pemerintah Indonesia harus segera membuat suatu Undang-Undang yang mengatur mengenai kebudayaan tradisional agar dapat melindungi aset kebudayaan tradisional milik Indonesia khususnya dalam hal ini adalah Tari Tor-Tor sehingga tidak diklaim oleh pihak lain. Dengan adanya pengukuhan didalam suatu Undang-Undang maka kebudayaan tersebut telah memiliki legitimasi hukum yang kuat.  Peran generasi muda dalam hal ini sangat dibutuhkan untuk mensosialisasikan Undang-Undang kebudayaan yang telah dibentuk oleh Pemerintah tersebut.
      Banyak sekali kebudayaan yang sangat unik dan menarik dari Indonesia. Sebagai negara kepulauan dengan banyak provinsi dari Sabang hingga Merauke. Negara tercinta Indonesia patut bangga dengan keanekaragaman seni dan budaya yang tersebar di setiap daerah dan provinsi, tetapi keberagaman budaya ini tentunya tidak akan mengurangi semangat solidaritas diantara para pemuda. Budaya Indonesia merupakan salah satu bentuk kepribadian bangsa kita. Pendeknya jika bangsa Indonesia tercerai berai maka budaya Indonesia tidak akan bisa terbentuk dan bersatu. Begitu pula kepribadian Indonesia lama-lama akan terhapus. Apabila para pemuda di setiap daerah yang ada di Indonesia bersatu untuk mendukung kegiatan sosialisasi ini maka kasus klaim budaya seperti ini tidak akan terjadi lagi diantara Indonesia dan Malaysia.
       Kegiatan sosialisasi dari Undang-Undang kebudayaan ini dapat dilakukan oleh para pemuda melalui pembentukan media komunikasi diantara kedua negara Indonesia dan Malaysia. Media komunikasi tersebut nantinya dibentuk sebagai semacam media untuk berkomunikasi di antara kedua negara sehingga jika ada masalah-masalah budaya bisa dibicarakan secara lebih intensif, lebih langsung, dan lebih bersahabat. Dengan begitu, tidak menimbulkan kesalahpahaman atau letupan-letupan di kalangan masyarakat yang mungkin ada salah pengertian mengenai masalah itu. Media komunikasi yang digagas itu di antaranya menghidupkan kembali acara titian muhibah yang sebelumnya pernah diselenggarakan kedua negara. Siaran berita kedua negara pun digagas dihidupkan kembali agar bisa mempererat tali persaudaraan di antara ke dua negara tersebut. Sebenarnya perselisihan antara kedua negara tersebut sangat tidak diinginkan oleh kita para generasi muda, karena hanya akan menimbulkan perpecahan kedua bangsa. Untuk itulah adanya media komunikasi merupakan solusi yang tepat dan diharapkan mampu menumbuhkan semangat solidaritas kedua bangsa melalui peran pemudanya.
       Para pemuda juga dapat mengambil peran melalui acara titian muhibah yang diselenggarakan oleh kedua negara, sehingga acara yang dibawakan bisa dikemas dengan semenarik mungkin dan tidak meninggalkan kesan bosan bagi para pemuda zaman sekarang. Acara titian muhibah tersebut tidak hanya berupa siaran berita antar kedua negara tetapi juga sebagai bentuk acara hiburan suatu acara hiburan yang menampilkan penyanyi Indonesia dan Malaysia. Pada acara itu, penyiar televisi dari dua negara bisa saling berkomunikasi secara langsung. Indonesia menampilkan para penyanyi yang terkenal tidak saja di Tanah Air, tetapi juga di Malaysia. Malaysia juga menghadirkan penyanyinya yang dikenal luas di Indonesia. Benar-benar suatu titian muhibah. Bangsa serumpun bisa tampil menghibur bersama-sama. Dengan begitu para pemuda akan lebih mengetahui kebudayaan negaranya sendiri dan lebih mencintai solidaritas antar kedua bangsa. Dengan adanya dua solusi tersebut, ada baiknya kita berpikir jika klaim budaya ini merupakan moment positif untuk menumbuhkan semangat solidaritas antar kedua bangsa.
Kesimpulan
1. Akar permasalahan yang menyebabkan terjadinya pengklaiman tari Tor-Tor oleh Malaysia yaitu: Malaysia merupakan negeri yang sedang mencari jati diri budayanya, alasan serumpun dan seiman (muslim), Indonesia baru bertindak setelah diklaim, dan masyarakat Indonesia tidak menjadikan budaya sebagai suatu kebutuhan. Dan tujuan dari pengklaiman oleh Malaysia tersebut tidak lain untuk mendapatkan keuntungan dengan menggaet wisatawan asing ke ngerinya .
2.Solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penggagasan media komunikasi Indonesia-Malaysia dan pembuataan Undang-Undang Kebudayaan sebagai legitimasi hukum yang kuat.


[1] Diajukan untuk Essay Writing Competition OIS 2012
[2] Siswa-siswi SMAN 2 SEKAYU, KAB.MUSI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN
[7] I Wayan Badrika, Sejarah untuk SMA Kelas XI Program Ilmu Alam, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2006, hlm.47.

Rabu, 11 Juli 2012

Epilog Yang Tak Jua Terjamah

epilog yang tak jua terjamah_novi handayani

27 April 2009



Assalammualaikum Saudaraku…

Aku tak tahu harus menulis apa. Karena ada begitu banyak yang ingin aku ceritakan. Jika kau ingin bertanya bagaimana kabarku, aku ingin bilang untuk saat ini aku baik-baik saja dan aku tengah bersembunyi di reruntuhan puing bangunan yang baru saja rubuh. Bahkan tanganku masih gemetar.

Lalu apa kabarmu?

Kau tahu, setiap hari Ibu selalu berdoa agar kau di sana dalam keadaan baik-baik saja, aku juga. Meskipun kuakui aku benar-benar iri padamu, kau tinggal di tempat paling subur di dunia dan tak ada orang yang akan mengincar nyawa kalian setiap saat dengan roket yang selalu berterbangan. Pasti menyenangkan bukan?

Kakak …

Akhir-akhir ini keadaan semakin memburuk. Dan aku tak bisa berpura-pura lagi aku benar-benar takut. Ketakutan itu menggerogotiku dan mengutukku ke tempat yang menjijikkan. Tapi apakah ada yang salah dengan ketakutanku? Ada begitu banyak alasan yang membuatku benar-benar takut. Aku takut setiap melihat Ibu semakin hari keadaannya semakin memburuk. Wajahnya sangat pucat dan itu selalu mengingatkanku pada mereka yang kalah dalam peperangan dan mati syahid. Muka mereka juga pucat. Aku takut saat melihat ke langit. Ini adalah trauma berkepanjangan yang tak akan pernah bisa aku jelaskan. Seolah-olah di langit sana ada hujan roket dan itu membuatku gila karena aku bersikap gila saat aku keluar rumah yang tak ada perlindungannya. Aku takut karena peperangan ini juga belum berhenti. Semakin lama perang ini berlangsung semakin kecil pula kesempatanku untuk meraih apa yang ingin aku raih. Tapi aku tahu, ini bukannya saat untuk bermimpi ini adalah saatnya untuk realistis. Aku tak akan berharap banyak. Tapi aku bolehkan sedikit saja berharap semua akan baik-baik saja.

Kakak …

Apa kau tahu kenapa perang ini tak juga mau berakhir? Aku merasa dan seharusnya semua orang juga merasa bahwa perdamaian itu lebih indah dari pada menyaksikan mayat-mayat bergelimpangan. Apakah mereka sudah benar-benar biasa mencium bau anyir darah sehingga rasa kasihan itu tak lagi ada.

Jujur saja, aku bukan mental jajahan dan juga bukan bermental penjajah. Aku tak tahu siapa yang menjajah dan siapa yang dijajah. Tapi aku ingin tahu apa salahku dan juga salah mereka? Karena aku benar-benar tak tahu apa-apa. Yang aku tahu nyawa kami sedang dalam ancaman besar. Sebenarnya ini juga bukan masalah karena nantinya kami juga akan mati. Tapi aku selalu membayangkan aku mati dalam dekapan Ibu dan kau ada di sampingku bukan di reruntuhan puing-puing dengan kaki dan tangan melepuh. Aku takut. Banar-benar takut.

Kapan Kakak pulang? Apakah di sana benar-benar menyenangkan hingga kau tak juga pulang. Indonesia. Negara yang populasi muslimnya terbanyak di dunia. Aku juga ingin ke sana. Tapi aku memilih untuk tetap di sini, bersikap nasionalisme. Karena aku memang tak punya pilihan. Hahaha … Ironis sekali.

Aku benar-benar merindukanmu dan berharap Kakak ada di sini.

Kurasa aku harus ke tempat pengungsian sekarang. Ibu pasti sudah menungguku. Jaga dirimu selalu, Kak. Aku menyayangimu.

Wassalamualaikum …

Adikmu ….

Aqsha

17 September 2009



We Will Not Go Down

By : Michael Heart

We will not go down

In the night, without a fight

You can burn up our mosques and our homes and our school

But our spirit will never die

We will not go down

In Gaza tonight

We will not go down

In Gaza tonight

Akhir-akhir ini aku lebih dekat dengan lagu ini. Aku tak tahu dekat dalam artian apa. Apakah sedekat aku dengan surat Al-Anfal? Hanya saja rasanya menyenangkan di luar sana ada sesosok manusia memperhatinkan nasib kami. Sebenarnya bukan itu juga yang aku mau. Entahlah, perasaanku semakin hari semakin kacau jadi kata yang ingin aku tuliskan pun semakin berantakan. Mungkin akan sedikit terbaca rancu. Aku hanya merasa senang karena aku tak sendiri.

Kakak ....

Semuanya semakin runyam semenjak Ibu tak ada. Aku sendirian di sini. Kapan kau pulang dan menjemputku ke tempatmu? Aku sudah tak kuat lagi menyaksikan yang akan lebih parah dari pada ini. Rangkaku tak lagi mau berkompromi untuk menopang tubuhku agar aku tetap berdiri. Aku benar-benar lelah, aku ingin tertidur selamanya saja. Seperti ibu, wajahnya damai sekali meskipun tak lagi utuh. Aku ingin pergi ke tempat di mana pun Ibu berada.

Kakak ....

Kejadiannya begitu cepat dan tahu-tahu Ibu sudah tertidur di reruntuhan puing bangunan. Aku sendiri saat itu tidak bersama Ibu, aku sedang mencari makanan untuk makan malam kami. Tiba-tiba sebuah roket meluncur dan aku lari tunggang langgang bersembunyi di balik sebuah batu besar. Cukup lama aku duduk di situ gemetaran. Aku benar-benar takut, Kak. Tidak pernah setakut ini. Lalu aku teringat Ibu dan aku segera pulang mencari Ibu, di jalan tak henti-hentinya aku membaca surat Al-Anfal.

Kakak ....

Apakah kau tahu bagaimana rasanya saat kau pulang dan melihat tempat orang yang sangat kau sayangi sudah rata dengan tanah. Dan orang yang kau sayangi itu tengah terbaring sakit tak dapat melakukan perlawanan apapun untuk menghindari roket-roket jahanam. Sakit Kak! Benar-benar sakit hingga membuatku mati rasa. Aku meraung dan terduduk di sana.

Kakak ...

Saat itu juga aku menghambur ke reruntuhan itu dan mengais apa yang bisa aku temukan di sana. Aku berharap aku tak menemukan apapun. Aku juga tak tahu aku mencari apa karena aku tak ingin mencari apapun. Hanya saja kakiku terus melangkah dan kau tahu apa Kak. Aku menemukan sepotong tangan di tumpukan batu bata. Jemari-jemarinya mencengkram Al-Quran dan di pergelangan tangannya ada sepasang gelang yang pernah kau buatkan untuknya. Aku tersenyum miris, berharap ini semua hanya lelucon dan aku akan melihat Ibu menepuk pundakku seraya berkata, ‘kau sudah sholat belum?’

Tapi aku tahu itu semua tak akan pernah terjadi lagi. Di sini aku merasa tak jauh beda dengan mereka semua. Aku benar-benar sendirian. Aku merindukanmu sangat merindukanmu hingga rasanya menyesakkan. Aku membutuhkanmu. Aku tak kuat untuk sendiri lagi.

Ada begitu banyak kejadian yang ingin aku ceritakan padamu. Tapi aku tak memiliki waktu banyak untuk menghamburkan tinta ke dalam sebuah cerita. Sekarang aku sudah menjadi relawan dan menolong siapa saja yang membutuhkanku karena ada begitu banyak orang yang harus ditolong.

Aku hanya bisa berharap entah itu kapan aku bisa melihatmu lagi..

Hampir saja lupa, tiga hari sebelum kepergiannya. Ibu selalu menceritakan padaku tentang masa kecilmu saat aku belum lahir. Beliau bilang kau adalah anak termanis yang pernah ada. Dan beliau sangat merindukanmu lalu ujarnya dia menginginkan menantu yang baik sholelah darimu. Kapan kau akan memberikan kakak ipar untukku?

Aku ingin kau benar-benar cepat pulang karena masih banyak yang akan aku ceritakan tentang apa saja yang telah dikatakan Ibu.

Karena aku ingin melihat kakak iparku dulu sebelum aku membusuk karena roket. Kurasa aku harus benar-benar pergi sekarang. Mereka semua membutuhkanku.

Salam rinduku untukmu.

Adikmu

Aqsha

¥¥¥


7 Desember 2009, Jakarta.



Aku menutup mata setelah membaca dua surat terakhir dari adikku, yang sekarang berada di Pelestina. Pasti butuh perjuangan yang berat untuk mengirimiku sebuah surat. Aku tahu bagaimana peliknya hidup di sana karena telivisi tak pernah berhenti

mengabarkan berita duka dari negeri yang sudah lama aku tinggalkan. Aku merasa menjadi orang paling pengecut yang pernah ada.

Disana …

Adikku berjuang melawan apapun yang ada di sana. Kelaparan, ketakutan, dan yang membuatku gentar dia juga melawan kematian. Aku benar-benar menyesali nasibku yang bisa terdampar di negeri ini. Negeri asing yang memiliki tingkat tertinggi kasus abortusnya untuk wilayah Asia. Astaghfirullah! Aku benar-benar tak tahu dengan negeri yang sekarang aku diami ini. Apakah karena di negeri ini tidak ada konflik bersenjata seperti di sana, sehingga orang bisa melakukan hal hina tersebut? Sepertinya mereka belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami yang ada di sana. Memang hampir setiap hari di Gaza sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati, namun, bukanlah diselokan-selokan, atau got-got apalagi di tempat sampah. Setahuku, mereka mati syahid. Mati syahid karena serangan roket tentara Israel!

Kami menemukan mereka tak bernyawa lagi dipangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan roket tentara Zionis Israel. Karena bagi kami nilai seorang bayi adalah aset perjuangan perlawanan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan Negeri kami.

Dan di sini, benar-benar tak ada yang bisa aku lakukan. Duduk diam dengan keringat mengucur karena gelisah sembari membaca berita kemudian berjalan kesana-kemari mencoba berpikir apa yang bisa aku lakukan. Dan aku selalu mengalami kebuntuan. Otakku serasa mati dan segala opini yang muncul dalam benakku selalu saja terasa konyol. Ini cerita nyata bukan khayalan seorang pujangga. Tapi kadang aku juga berharap ini cerita fiksi saja, jadi saat aku merasa mereka sudah keterlaluan dengan mematikan begitu banyak peran atas nama warga Palestina aku akan membuat alur layaknya cerita biasa.

Kebenaran itu terungkap dan mereka semua telah menyerah. Menyerah karena kalah dan juga sadar mereka telah salah. Dan kami hanya tersenyum simpul sembari

mengatakan tidak apa-apa, lupakan saja yang telah berlalu. Kita mulai lembaran baru yang lebih indah.

Dan setiap kali aku membayangkan hal ini, hatiku miris seketika. Seolah tamparan yang amat kuat telah menyadarkanku dari keterpurukan yang tak berkesudahan. Aku lelah karena ini semua nyata. Aku juga takut karena tidak hanya Aqsha, aku juga mulai gila. Aku gila karena aku selalu duduk gelisah kemudian aku merasa lega saat mereka baik-baik saja kemudian kegelisahan itu menendangku hingga membuatku jatuh tersungkur karena tidak semua baik-baik saja. Aku gila, karena aku tidak bisa melakukan apapun. Aku benar-benar ingin pulang.

Aku terperangkap dengan kontrak kerja. Aargh ... peduli setan dengan kontrak sialan itu, adikku lebih penting. Aku sudah kehilangan Ibuku dan aku tak mau kehilangan orang yang aku sayangi untuk kedua kalinya. Aku menyambar telepon, mendekatkannya ke telinga dan menghubungi bandara untuk memesan tiket pesawat. Aku bisa berhenti di mana saja, dan melanjutkan perjalanan dengan jalur darat melalui Jalur Rafah. Aku tahu jalur itu terbuka. Aku tahu seluk-beluk negaraku itu dan aku percaya tak ada orang yang mengenal Palestina sebaik aku mengenalnya.

¥¥¥

Aku tiba di Palestina tanggal 15 Desember 2009. Benar-benar perjalanan yang sangat panjang. Aku hanya bisa melakukan perjalanan di malam hari saat aku sudah menggunakan jalur darat. Ada begitu banyak tentara Israel yang berkeliaran dan aku percaya jika mereka melihatku maka aku akan langsung dihabisi oleh mereka.

Tapi semua lelah itu terbayar saat aku melihat Aqsha tengah merawat anak kecil di pengungsian. Aku bisa melihat dia telah tumbuh menjadi gadis paling cantik yang pernah ada. Aku terus berjalan hingga aku berhenti tepat di belakangnya.

“Aqsha ....” panggilku pelan.

Aqsha membalikkan badannya dan “Kak Iyas, apa ini benar-benar kau?” air matanya menetes. Aku mengangguk pelan, dan dia langsung menghambur ke dalam pelukanku. “Aku merindukanmu.” Katanya di sela-sela tangisannya.

“Aku juga. Bahkan hampir gila.” Kataku menanggapi pernyataannya.

Mulai hari itu aku memutuskan untuk tetap tinggal di Palestina. Sepanjang hari aku membantu Aqsha di pengungsian dan malamnya berjaga untuk keamanan. Kami juga sering melakukan hal-hal menyenangkan dengan pergi ke tempat kami main dulu yang sekarang rata dengan tanah sembari memandang matahari terbenam. Aqsha selalu menyisihkan sebagian makanannya untukku. Setiap kali aku menolak dia akan selalu bertingkah menyebalkan dengan tak mau berbicara denganku. Katanya laki-laki membutuhkan banyak tenaga untuk bisa melawan tentara-tentara Israel meskipun aku tahu dia tak pernah lagi merasakan kenyang.

Semuanya terasa menyenangkan bersamanya. Hingga tragedi di hari itu. Aku tak tahu tanggal berapa dan hari apa. Karna bagiku itu tak ada artinya lagi. Aku hanya hidup dalam putaran-putaran waktu yang merangkapku dan itu membuatku sedikit tak peduli. Aku hanya menemukan siang yang mencengkam dan malam yang selalu terasa sangat panjang. Aku juga tak merasakan apapun. Kecuali perasaan cemas tapi itu sudah biasa aku rasakan. Memangnya kau bisa bersantai ria jika kau tiap hari menghadapi kematian? Maka dari itu aku mengusir perasaan cemas itu dengan berjalan-jalan kecil dan mencari Aqsha.

“Kak Iyas, sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan?” Tanya Aqsha sambil memandangku dengan kening berkerut saat aku sudah bertemu dengannya.

“Aku ....”

DUARRRRR!

“Astaghfirullah!” Aku melihat Aqsha menutup kedua telinganya dengan tangan. Wajahnya sangat pucat dan dia memegang tanganku, “Kak Iyas harus berhati-hati.”

DUARRRR! Suara itu sangat dekat di telinga kami dan Aqsha mundur selangkah dariku karena kaget. “Aku harus ke pengungsian, anak-anak di sana membutuhkanku.” Lanjutnya dan meninggalkanku di sana sendirian.

Saat aku sudah tak melihat punggungnya karena masuk ke dalam pengungsian dan memastikan dia baik-baik saja aku segera bergabung dengan para pejuang Hamas. Aku ingin melakukan sesuatu untuk menghentikan mereka tapi.

DUARRRR!!! Sebuah roket jatuh tepat tak jauh di belakangku. Aku menegang dan langsung melihat ke arah belakang. Kau tahu apa yang kulihat? Pengungsian anak-anak telah hancur lebur dan di situ Aqsha berada bersama mereka. Aku ternganga tak mampu berkata apa-apa.

Aku melihat semua orang berbondong-bondong mendekati pengungsian. Dan aku mendengar begitu banyak jeritan yang memilukan. Entahlah, kakiku tak mau juga bergerak untuk merangkak ke sana. Aku mati rasa. Pengungsian yang hancur itu juga menggambarkan harapanku yang hancur lebur. Orang tertolol pun pasti tahu apa yang telah terjadi pada Aqsha. Kematiannya terlalu cepat. Tapi aku harap dia baik-baik saja, dan sedang tersenyum bahagia di sana.

Aku menatap langit dan melihat sebuah roket melintas, aku tahu jatuhnya akan berada di tempat yang jauh dari tempatku sekarang. Tapi aku berjanji, aku akan menghentikan semua ini. Sudah terlalu banyak korban yang berjatuhan, sudah terlalu banyak air mata yang terkuras dan hari ini adalah permulaan menuju Palestina yang merdeka.

¥¥¥